Mengenal Lebih Dekat dengan Plasma Darah Sebagai Serum Penyembuh Infeksi COVID-19

Plasma Darah Corona Virus

Dari hari ke hari para ilmuan bekerja keras untuk membuat vaksin dan antivirus untuk infeksi virus SARS-CoV-2 yang dapat menyebabkan penyakit COVID-19. Dari semua vaksin yang telah dibuat, juga perlu dilakukan uji klinis terhadap hewan dan manusia terkait manfaat vaksin tersebut apakah ampuh menangani virus atau justru sebaliknya.

Prosedur tersebut tentu membutuhkan waktu yang lebih lama (berkisar 6 bulan sampai 2 tahun) dikarenakan uji klinis yang membutuhkan hasil dan observasi laboratorium terhadap pengujian yang telah dilakukan.

Dikarenakan kondisi darurat pandemi saat ini dan memerlukan waktu lebih singkat minimal untuk mengurangi jumlah korban yang ada, maka para ilmuan melakukan serangkaian percobaan klinis. Percobaan ini bukan terkait pembuatan obat kimiawi ataupun vaksin, melainkan pengambilan cairan darah dari pasien yang telah sembuh dari infeksi COVID-19.

Tujuannya bukan semata-mata untuk melakukan percobaan ekstrim pada subjek manusia yang terinfeksi, melainkan sebagai media berbagi informasi genetik antar sel sehingga subjek yang terinfeksi mampu mengenali dan menghancurkan si virus itu sendiri sebelum infeksi ke tahap yang lebih fatal.

Buat yang belum mengetahui istilah "Plasma Darah" itu apa. Plasma Darah adalah bagian darah yang berupa cairan, tanpa sel-sel darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit). Isinya sebagian besar adalah 90% berupa air, dan 10% berupa protein (termasuk antibodi), glukosa, faktor pembeku darah, dan gas terlarut. Antibodi dari virus SARS-CoV-2 bisa ditemukan di darah orang yang pernah terinfeksi virus tersebut, dan "diduga" bisa berperan melawan virus yang sama di pasien terinfeksi.

[ads id="ads1"]

Laporan Gagasan Terapi Plasma Darah

Berdasarkan laporan penelitian dari Wuhan yang mendukung gagasan terapi plasma darah yang mampu membantu kesembuhan pasien COVID-19.

Judul aslinya adalah "Effectiveness of convalescent plasma therapy in severe COVID-19 patients", yang dapat kalian baca langsung di https://www.pnas.org/content/early/2020/04/02/2004168117.

Kurang lebih rangkumannya sebagai berikut :

"10 pasien parah COVID-19 (umur 34 sampai 78) di satu Rumah Sakit di Wuhan, pada Januari/Februari 2020 diikutkan dalam ujicoba transfusi plasma darah dari 10 pasien COVID-19 lain yang sudah sembuh. Kepada setiap pasien dilakukan 1 kali transfusi plasma darah sebesar 200 mL (mililiter)".

Hasil dari penelitian tersebut adalah :

  • Semua gejala (demam, batuk, sesak, nyeri dada) di ke-10 pasien membaik atau hilang dalam 1-3 hari sesudah transfusi. Sebelumnya, 3 pasien diventilator; sesudah transfusi, dua di antaranya bisa dilepas dari ventilator.
  • CT Scan menunjukkan kerusakan (lesion) di paru-paru para pasien mengalami perbaikan.
  • Sesudah transfusi, dalam waktu 1-3 hari, RNA SARS-CoV-2 tidak lagi terdeteksi di serum darah ke-10 pasien
  • Hasil akhir 10 pasien yang ditransfusi vs 10 pasien kelompok kontrol (tanpa perlakuan, di RS yang sama, dicari yang umur, jenis kelamin, dan keparahan penyakitnya sebanding)
    • Perlakuan: 3 pasien boleh pulang, 7 membaik sampai siap pulang
    • Kontrol: 3 meninggal, 6 stabil, 1 membaik.

Pembahasan dari artikel ini adalah :
  • Hasil awal ini memberi kesan bahwa transfusi plasma darah dari orang yang sudah sembuh dari infeksi SARS-CoV-2 bisa membantu pasien COVID-19.
  • Efeknya belum bisa dipastikan sepenuhnya karena ke-10 pasien yang ditransfusi juga diberi berbagai obat lain termasuk obat antivirus.
  • Hasil awal ini layak dilanjutkan dengan uji klinis acak yang lebih luas.

Cara Kerja Plasma Darah

Cara kerja plasma darah dalam membunuh virus corona

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, Amin Soebandrio menjelaskan bagaimana serum ini bekerja. Setelah masuk kedalam tubuh, antigen yang terkandung didalam plasma darah akan membangkitkan antigen yang sama yang ada didalam tubuh kita.

Antigen yang ada pada tubuh kita sebelumnya tidak mengenali musuh (SARS-CoV-2) sedangkan antigen dari plasma darah sudah mengenali SARS-CoV-2 sebagai musuh. Akibatnya, antibodi ini akan mencari ke seluruh tubuh di mana virus corona berada. Dengan kata lain, kinerja antibodi hanya bersifat memblokir virus corona di dalam tubuh individu yang tertular.

Setelah dikenali oleh antibodi, lalu kemudian virus akan diikat oleh antibodi itu. Dengan diikatnya virus tadi, diharapkan virus tidak akan menempel lagi pada individu tersebut. Dan akhirnya tubuh secara otomatis akan membangkitkan respon imun terhadap virus tersebut.

Plasma Darah Harus Dilakukan Tes Laboratorium untuk Memastikan adanya Antibody

Untuk memastikan ada tidaknya antibodi dalam plasma darah, maka sebelum digunakan harus melalui beberapa tahapan tes laboratorium untuk menguji ada tidaknya antibodi yang terkandung didalamnya.

Hal ini dilakukan untuk mempertajam proses laboratorium agar dapat digunakan secara maksimal pada penderita COVID-19 dan memberikan dampak penyembuhan yang lebih signifikan.

[ads id="ads2"]

Kesimpulan

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, juga gaya hidup manusia modern yang semakin tak terbatas. Maka virus juga mengalami perkembangan (mutasi) yang tak terbatas pula.

Masalah utama dari sebuah penyakit adalah pada respon imun manusia itu sendiri. Ketika terjadi sebuah kepanikan dan ketakutan, maka respon imun tubuh akan menurun drastis dan tidak mampu lagi mengenali sebuah musuh didalam tubuh. Maka dari itu, jangan panik dan takut. Tetaplah tenang dan santai melakukan aktivitas dirumah saja. Karena para ilmuan sedang bekerja keras mengatasi masalahnya.

Dari hasil pembahasan ini semoga menambah wawasan kita dalam mengenal lebih dekat dengan virus corona SARS-CoV-2 dan berbagai macam cara pencegahannya.

Terima kasih sudah membaca dan ditunggu komentarnya.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama